Rohul,19 Agustus 2025 Suasana kian memanas di Rokan Hulu. Desakan masyarakat terhadap PT Merangkai Artha Nusantara (PT MAN) kini memasuki fase kritis. Tak hanya unjuk rasa, kini suara keras datang dari tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk Ketua Penggawa Rokan Hulu, Alirman, yang secara tegas menyatakan: “Tutup PT MAN sebelum rakyat kehilangan kesabaran!”
Dalam aksi damai yang digelar oleh organisasi masyarakat Penggawa Penjaga Amanah Negeri (PANGGAWA) di depan Kantor DPRD Rokan Hulu, Alirman melontarkan kritik tajam kepada perusahaan yang dinilai telah membuat kegaduhan selama dua bulan terakhir di Desa Bangun Jaya, Kecamatan Tambusai Utara.
“PT MAN tidak punya jalan sendiri, tapi justru membuat gaduh di desa. Mereka mendemo pemerintah dan DPRD, seolah-olah jadi korban, padahal mereka yang menyebabkan kerusakan dan keresahan. Baru kali ini saya melihat perusahaan berdemo, mengatasnamakan segelintir masyarakat — di mana hati nurani mereka?” tegas Alirman lantang di hadapan ratusan massa.
Tak hanya itu, Alirman juga mempertanyakan keberadaan dana CSR PT MAN yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat sekitar. Ia menilai perusahaan justru lepas tangan dan menyalahkan pemerintah desa yang sudah berupaya membangun jalan semenisasi dengan anggaran terbatas.
“Desa sudah membangun jalan, bahkan sudah diatur tonasenya maksimal 6 ton. Kalau PT MAN butuh jalan dengan tonase lebih besar, bangunlah sendiri! Jangan malah menuntut seenaknya. Wakil Bupati Saparuddin Poti saja sudah bilang: buka jalan sendiri kalau mau aman,” kata Alirman penuh tekanan.
Pernyataan ini sekaligus menanggapi aksi demo PT MAN sebelumnya yang mendatangi kantor pemerintahan dengan membawa tuntutan. Aksi itu dinilai berbagai kalangan sebagai bentuk arogansi korporasi yang gagal menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Ketua DPRD Rokan Hulu, H. Sumiati, juga menyebut bahwa mediasi telah dilakukan sejak tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. PT MAN pernah menyampaikan dua opsi: memperkuat jalan desa agar bisa menampung kendaraan 50 ton, atau membangun jalan baru. Namun hingga hari ini, tak satu pun dari solusi itu dilaksanakan.
Aksi damai PANDAVA yang diikuti lebih dari 500 warga dari berbagai wilayah Rokan Hulu berlangsung tertib dan penuh semangat perjuangan. Mereka datang dengan kendaraan roda empat, sepeda motor, dan becak, membawa spanduk tuntutan dan seruan penutupan PT MAN.
Tokoh agama Rokan Hulu, Irwansah Hasibuan, juga ikut bersuara. “Kami tidak ingin perusahaan yang tidak konsisten terus beroperasi. Mereka harus tutup sampai persoalan dengan masyarakat selesai secara adil. Jangan ganggu proses pembangunan desa yang sudah berjalan baik,” ujarnya.
Desakan terhadap PT MAN bukan sekadar persoalan jalan, tapi juga tentang etika, tanggung jawab sosial, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Masyarakat kini menunggu langkah tegas dari DPRD dan pemerintah daerah: apakah akan membela rakyat, atau membiarkan perusahaan terus membuat gaduh
–