Rokan Hulu, 21 Juli 2025 —
Asap pekat yang menyelimuti sejumlah desa di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, kembali menggemparkan warga. Bukan karena kebakaran hutan, melainkan diduga kuat berasal dari aktivitas pembakaran limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Bau menyengat menusuk hidung, langit tampak gelap meski di siang hari, dan paru-paru warga pun perlahan-lahan dicekik oleh polusi yang tak kunjung usai.
Warga Desa Tambusai Barat dan Batang Kumu menjadi saksi hidup dari penderitaan ini. Mereka menyebut dua perusahaan, yakni PT KUS dan PT Geng, sebagai biang keladi dari bencana udara tersebut. Dari pantauan di lapangan, kedua perusahaan itu diduga membakar cangkang dan tandan kosong (tangkos) sawit di area pabrik yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari rumah-rumah penduduk.
“Saya sangat prihatin. Ini bukan sekali dua kali. Masyarakat terus-menerus menghirup udara kotor. Kami sebagai masyarakat mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum agar bertindak tegas,” tegas Sukarnada, tokoh masyarakat Rokan Hulu, dengan nada geram.
Ia menyuarakan kekecewaan mendalam terhadap pemerintah daerah dan instansi terkait yang dinilai menutup mata, seolah tak peduli pada jeritan masyarakat yang tiap hari terpapar polusi.
“Jangan hanya diam! Periksa semua PKS yang membakar limbah terbuka. Ini bukan sekadar pencemaran, ini pembunuhan perlahan terhadap rakyat!” serunya.
Warga mengaku telah berulang kali menyampaikan keluhan dan laporan, namun sampai saat ini belum ada tindakan nyata. Bahkan, beberapa warga mulai menunjukkan gejala gangguan pernapasan seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, dan mata perih.
Derita ini seolah dibiarkan. Pabrik terus beroperasi, asap terus membumbung tinggi, sementara warga hanya bisa bertahan dengan masker seadanya dan harapan yang mulai memudar.
Kini, masyarakat mendesak agar pemerintah pusat turun tangan, memeriksa ulang izin operasional perusahaan yang terbukti mencemari lingkungan. Penegakan hukum yang adil dan transparan dinilai menjadi satu-satunya jalan keluar dari bencana kronis ini.
“Kami tidak minta lebih. Kami hanya ingin udara bersih, agar anak-anak kami bisa bernapas tanpa takut mati pelan-pelan,” ucap seorang ibu rumah tangga sambil menggendong anaknya yang batuk tak henti.